Sebagai content marketer, sudah sepatutnya kamu paham betul caranya membangun koneksi emosional dengan pelanggan melalui konten berkualitas. Mengapa harus? Pasalnya, konten emosional lebih ampuh dua kali lipat daripada konten yang murni faktual.
Hal ini didasarkan pada penelitian yang menunjukkan bahwa sebagian besar waktu kita (sekitar 90% dari aktivitas sehari-hari), kita mengalami setidaknya 1 emosi. Pertanyaannya, bagaimana cara membuat konten yang emosional?
Bahasa Emotif dalam Konten dan Mengapa Itu Penting
Bahasa emotif adalah cara menggunakan kata-kata untuk memancing emosi tertentu pada audiens. Emosi yang dimaksud bisa berupa kebahagiaan, kesedihan, ketakutan, kasih sayang, keterkejutan, nostalgia, atau bahkan kemarahan.
Dalam dunia pemasaran, ini adalah senjata ampuh untuk menarik perhatian, menciptakan kesan mendalam, dan mendorong tindakan, baik itu membeli, berbagi, atau sekadar mengingat pesan yang kamu sampaikan. Lalu, mengapa bahasa emotif dalam konten itu penting?
- Studi menunjukkan bahwa iklan dengan daya tarik emosional memiliki ROI lebih tinggi dibandingkan iklan yang rasional.
- Setiap keputusan yang kita buat seringkali dipengaruhi oleh emosi, begitu juga dalam mengonsumsi konten.
- Bahasa emotif dalam konten menjadi salah satu kunci untuk membangun hubungan yang kuat antara merek dan konsumen. Jika audiens merasa bahwa kamu “mengerti” mereka, mereka akan lebih mudah mempercayai produk atau layananmu.
8 Tips Membangun Koneksi Emosional dengan Pelanggan Melalui Konten Berkualitas
Bagi pemasar, membangun koneksi emosional adalah faktor penting dalam menciptakan hubungan jangka panjang dengan audiens. Sayangnya, hal ini tidak semudah kedengarannya. Jadi, apa saja yang perlu dilakukan? Tenang, kamu bisa terapkan beberapa tips ini:
1. Pahami Pelanggan Kamu
Ibarat menjalin hubungan dengan seseorang, kamu tidak bisa benar-benar dekat dengan orang tersebut tanpa mengenal dan memahami dia terlebih dahulu, kan? Hal tersebut juga berlaku dalam bisnis.
Kamu perlu tahu apa yang mereka sukai, apa yang mereka butuhkan, bagaimana karakteristik dan watak mereka, apa saja kebiasaan mereka, hingga apa kesulitan yang sedang mereka hadapi.
Nah, untuk mendapatkan info-info tersebut, kamu bisa mulai dengan riset pasar, survei pelanggan, membaca komentar di media sosial, atau bahkan menganalisis data dari interaksi pelanggan sebelumnya. Semakin kamu tahu tentang mereka, semakin mudah untuk membuat konten yang relevan dan memicu emosi mereka.
2. Tentukan Niat Kamu dalam Membuat Konten Emosional
Sebelum mulai membuat konten, tanyakan dulu pada dirimu: apa tujuanmu? Apakah ingin menginspirasi, membuat mereka merasa terhibur, atau mendorong tindakan tertentu? Dengan niat yang jelas, kamu bisa lebih fokus pada emosi yang ingin dibangkitkan.
Contoh:
Jika tujuanmu adalah menyoroti potensi risiko atau masalah yang bisa diatasi oleh produk atau layanan, gunakan emosi ketakutan. Pendekatan ini sangat cocok untuk brand yang bergerak di bidang kesehatan, keselamatan, atau asuransi.
Misalnya, konten tentang pentingnya memiliki asuransi kesehatan bisa menggambarkan ketakutan akan merusak keamanan finansial saat sakit, lalu baru deh kamu tawarkan solusi berupa layanan yang kamu sediakan.
3. Kembangkan Brand Story yang Menarik
Orang-orang menyukai cerita dan itu sebabnya cerita selalu menjadi cara efektif untuk menyentuh hari seseorang. Cerita memiliki kekuatan untuk memikat, menginspirasi, dan yang terpenting, menghubungkan.
Nah, mengapa kamu tidak menggunakan strategi ini untuk membangun koneksi emosional dengan pelanggan melalui konten berkualitas? Ceritakan perjalananmu, mulai dari motivasimu memulai bisnis, tantangan yang pernah kamu hadapi, cara kamu membantu pelanggan lain mengatasi masalah mereka, dan sebagainya.
Jangan takut untuk menunjukkan kekhasan dan keunikan merek kamu. Ketika pelanggan ‘relate’ dengan nilai-nilai yang kamu sampaikan, mereka cenderung akan membentuk hubungan emosional yang kuat dengan merek kamu. Terlebih lagi dengan cerita dan narasi yang otentik, pelangganmu akan merasa bahwa merekmu lebih dari sekadar bisnis.
4. Pilih Tone Konten yang Tepat
Tone (nada) dalam konten adalah cara kamu mengkomunikasikan sikap, kepribadian, dan suasana hati kamu kepada audiens. Nada konten ada yang bersifat formal atau informal, serius atau humoris, ramah atau berwibawa, dan seterusnya.
Akan tetapi, pastikan tone konten kamu sesuai dengan emosi yang ingin kamu bangkitkan pada audiens, serta konteks dan tujuan konten. Contohnya nih, kamu ingin menciptakan rasa ‘urgensi’, kamu bisa menggunakan nada yang to the point dan tegas.
Jika kamu ingin menciptakan rasa percaya, gunakan nada yang hangat dan penuh empati.
5. Optimalkan Musik dan Visual untuk Menciptakan Suasana
Kunci lainnya dalam membangun koneksi emosional dengan pelanggan melalui konten berkualitas adalah dengan mengoptimalkan musik dan audio. Kedua elemen dapat meningkatkan dampak emosional konten kamu, karena keduanya menarik indera dan emosi audiens.
Visual dan audio juga dapat membantu kamu menarik atensi audiens, mengilustrasikan poin-poin yang ingin kamu sampaikan, dan menciptakan mood atau atmosfer. Kamu dapat menggunakan berbagai jenis visual dan audio dalam konten kamu.
Termasuk gambar, video, infografis, bagan, grafik, ikon, emoji, gif, podcast, musik, sound effect, bahkan voice-over. Tapi ingat, visual dan audio yang digunakan sesuai dan konsisten dan tone dan pesan konten kamu.
6. Keep It Real & Authentic
Audiensmu bisa dengan mudah merasakan apakah konten kamu tulus atau hanya sekadar trik pemasaran. Karena itu, jadilah otentik. Berhenti menghujani audiens dengan jargon pemasaran, begitu juga dengan memperlakukan calon pelanggan sebagai prospek.
Akan tetapi, mulailah memperlakukan mereka sebagai manusia, kenali mereka, dan masalah yang coba mereka selesaikan.
Kedengarannya sangat mudah, namun secara praktik, menjadi otentik bisa menjadi tantangan yang sulit. Posting dan interaksi di media sosial tidak boleh terdengar seperti berasal dari AI, mengubah iklan agar tidak terkesan terlalu ‘pasaran, dan masih banyak lagi.
Hindari juga melebih-lebihkan manfaat produk atau layanan kamu, karena ini hanya akan merusak kepercayaan pelanggan. Misalnya, jika produkmu membantu menghemat waktu, ceritakan kisah nyata pelanggan yang berhasil menghemat waktu berkat produk tersebut, bukan overclaim di awal.
7. Rajin-Rajin Berinteraksi dengan Pelanggan Potensial
Koneksi emosional tidak hanya dibangun melalui konten, tapi juga melalui cara kamu berinteraksi dengan pelanggan. Respon cepat terhadap komentar, pertanyaan, atau keluhan mereka menunjukkan bahwa kamu peduli.
Alih-alih hanya memberikan jawaban standar seperti ‘terimakasih’, ‘silahkan hubungi kami’,dll sebaiknya tanyakan tentang apa saja yang membuat mereka frustasi, masalah apa yang ingin mereka selesaikan, solusi apa yang sudah mereka coba (dan bagaimana hasilnya), dan sebagainya.
8. Tunjukkan Apresiasi Atas Kesetiaan dan Dukungan Pelanggan
Mengapresiasi pelanggan setia adalah cara lain untuk memperkuat hubungan emosional. Kamu bisa coba untuk mengungkapkan rasa terima kasih atas kesetiaan dan dukungan mereka, ini menunjukkan bahwa kamu tidak menganggap usaha dan waktu yang mereka luangkan untuk mengonsumsi konten kamu.
Misalnya, mengadakan program reward, membuat postingan khusus untuk merayakan mengucapkan terima kasih pada pelanggan setia, dan lain sebagainya. Melalui cara ini, pelanggan akan merasa dihargai dan makin terhubung dengan brand kamu.
Kesimpulan
Intinya, membangun koneksi emosional dengan pelanggan melalui konten berkualitas adalah langkah penting untuk menciptakan loyalitas dan hubungan jangka panjang. So, jangan ragu untuk mencoba serangkaian tips di atas ke dalam strategi konten kamu berikutnya, ya!