Meningkatnya jumlah startup akhir-akhir ini menjadi bukti bahwa minat entrepreneurship di Indonesia semakin besar. Meski demikian, tidak semua startup bisa bertahan dalam waktu yang cukup lama. Bahkan, bukan hal yang mengejutkan jika startup mengalami kegagalan meskipun ide usahanya bisa dikatakan bagus.
Ini tentu membuat siapa pun jadi penasaran: apa kesalahan bisnis startup yang dilakukan pelaku startup tersebut sehingga mengalami kegagalan dalam berbisnis? Lalu, apa ada hal yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya hal tersebut?
Artikel ini akan menjabarkan kesalahan-kesalahan bisnis yang dilakukan startup yang dapat mengakibatkan kegagalan dalam berbisnis. Buat kamu para pelaku startup, pastikan untuk membaca artikel ini, ya!
Penyebab Kegagalan Bisnis Startup
Jumlah startup di Indonesia bisa terbilang meningkat drastis. Per pertengahan 2021, jumlah startup mencapai 2.252 perusahaan. Padahal, tiga tahun sebelumnya jumlah startup Indonesia hanya 992 startup.
Angka ini tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara ASEAN lain, misalnya seperti Singapura (1.013 perusahaan), Filipina (283 perusahaan), Malaysia (279 perusahaan), dan Vietnam (179 perusahaan) pada tahun yang sama.
Sayangnya, peningkatan jumlah startup yang masif ini tidak diiringi dengan cerita kesuksesan yang masif pula.
Di Indonesia sendiri, kegagalan startup hampir mencapai 90%. Sebuah angka yang mengejutkan, bukan?
Memang, membuat sebuah bisnis bukanlah perkara yang mudah. Nah, karena startup juga merupakan sebuah bisnis, membangun startup juga menjadi pekerjaan yang tidak mudah.
Sebagaimana dikutip dari Kompas, Fajrin Rasyid sebagai co-founder Bukalapak menyebutkan bahwa membangun startup itu bisa menjanjikan keuntungan yang besar. Akan tetapi, membangun startup juga sulit dan tingkat kegagalannya pun besar juga.
Memangnya, apa sih yang menyebabkan kegagalan startup?
Ada banyak hal yang menyebabkan bisnis startup mengalami kegagalan. Mulai dari kurangnya pemahaman akan target pasar, kurang lihai membuat rencana bisnis, hingga kurangnya kehati-hatian dalam mengatur keuangan—semua ini bisa mengakibatkan bisnis startup jatuh gagal.
Kamu bisa mengetahui penjelasan lebih lanjut mengenai kesalahan-kesalahan pelaku bisnis startup di penjelasan berikut.
1. Kurangnya pemahaman akan target pasar
Kesalahan pertama yang cukup sering dilakukan oleh pelaku startup adalah kurang memahami target pasar. Dalam artian, mereka tidak tahu apa yang sebenarnya dicari target pasar.
Mungkin kamu sudah punya rencana untuk membuat suatu produk/layanan yang belum ada sebelumnya. Target pasarnya pun sudah kamu temukan dan tampaknya bisnis yang dibuat sangat prospektif. Sampai sini memang langkah yang kamu tempuh sudah bagus.
Sayangnya, potensi tersebut akan jadi kurang maksimal kalau kamu tidak melakukan riset dengan intens. Riset yang dimaksud adalah riset untuk mengetahui produk/layanan seperti apa yang benar-benar diinginkan publik.
Jika kamu melakukan kesalahan ini, bisa dikatakan kamu sudah melakukan false starts (kesalahan di awal). Penting sekali memahami kebutuhan target pasar sebelum memproduksi produk/layanan agar kamu bisa memberikan produk/layanan yang tepat juga.
Dilansir dari Harvard Business Review, profesor di Harvard Business School bernama Tom Eisenmann menyebutkan bahwa false starts pengembangan produk ini bisa dicegah dengan melakukan hal berikut:
- Problem definition. Pada tahap ini, kamu perlu melakukan riset–misalnya melalui wawancara–dengan target pasar yang potensial. Cari tahu apa yang menjadi permasalahan mereka terkait kategori produk/layanan bisnis yang ingin kamu kembangkan. Pastikan permasalahan tersebut sudah dirasakan banyak orang dan butuh solusi segera.
- Solution development. Setelah mengetahui permasalahan yang ada di target pasar berkaitan dengan kategori produk/layanan yang akan kamu kembangkan, buat produk/layanan yang bisa menjawab permasalahan tersebut. Jika memungkinkan, buat prototipe yang bisa diujicobakan kepada target pasar. Sebisa mungkin, buatlah prototipe produk/layananmu sebaik mungkin.
- Solution validation. Tahap ini mengacu pada tahap uji coba yang perlu kamu lakukan untuk mengetahui sejauh mana prototipe yang kamu buat bisa menjawab permasalahan yang disebutkan pada poin problem definition. Dengarkan feedback yang diberikan publik, lalu lakukan perbaikan segera.
Dalam dunia bisnis startup, program perbaikan setelah ada feedback seperti ini sering disebut sebagai iterasi.
Nah, kamu mungkin akan perlu melakukan kegiatan iterasi ini beberapa kali sampai akhirnya startup-mu siap meluncurkan produk/layanan ke publik.
2. Perencanaan bisnis yang buruk
Kesalahan bisnis startup selanjutnya yang dapat berdampak kegagalan adalah adanya perencanaan bisnis yang kurang baik. Memangnya, bagaimana sih perencanaan bisnis yang kurang baik itu?
Bisnis dengan perencanaan buruk biasanya tidak memiliki tujuan yang spesifik. Akibatnya, langkah-langkah yang perlu diambil untuk mencapai tujuan itu pun jadi tidak jelas. Alhasil, akan sulit untuk mencapai tujuan yang telah dicanangkan.
Tidak hanya ‘tujuan’ semata. Perencanaan bisnis memiliki banyak elemen yang seharusnya bisa kamu tuliskan saat ingin membuat startup. Dilansir dari Investopedia, beberapa poin kunci dari perencanaan bisnis ini adalah sebagai berikut:
-
Produk atau layanan yang ingin dihasilkan
Kamu perlu menjabarkan produk atau layanan seperti apa yang ingin diperkenalkan oleh startup-mu.
Di bagian ini, sebutkan manfaat produk/layanan untuk pelanggan, berapa anggaran produksinya, estimasi harga yang perlu dibayarkan pelanggan, daya tahan produk, proses pembuatan, dsb. Alasan mengapa kamu memilih produk ini pun juga bisa kamu cantumkan di bagian ini.
-
Analisis pasar
Bagian ini berkaitan dengan penjelasan mengenai siapa saja yang akan menjadi target pasarmu. Selain itu, kamu juga perlu menjabarkan alasan mengapa produkmu bisa diterima oleh masyarakat (strengths).
Analisis pasar juga menjabarkan mengenai bagaimana kondisi pasar di industri terkait. Jika ada kompetitor, sebutkan keunggulan produk/layanan yang baru kamu kembangkan apabila dibandingkan dengan produk/layanan kompetitor.
-
Strategi pemasaran
Sesuai dengan namanya, pada bagian ini kamu akan menjabarkan bagaimana bisnis startup-mu memperkenalkan produk/layanan ke publik, menarik minat pelanggan, dan meningkatkan loyalitas pelanggan.
Tanpa strategi pemasaran yang baik, produk/layanan yang kamu tawarkan mungkin akan sulit dikenal oleh publik. Jika hal ini terjadi, maka besar kemungkinan penjualan juga tidak berjalan dengan lancar.
-
Financial planning dan budget
Di sini, kamu juga perlu menjabarkan budgeting untuk berbagai kebutuhan perusahaan. Misalnya untuk kebutuhan:
- Perekrutan staf
- Riset dan pengembangan (R&D)
- Produksi produk/layanan
- Pemasaran
- Biaya operasional perusahaan
- Biaya lain-lain
Dengan perencanaan finansial dan budgeting yang baik, kamu bisa menjaga bisnis startupmu dari overspending. Bagaimanapun juga, salah satu penyebab kegagalan startup adalah karena overspending. Budgeting yang kurang baik juga bisa mengarah pada pengelolaan keuangan yang buruk.
3. Pengelolaan keuangan yang kurang baik
Budgeting barulah akan bermanfaat kalau kamu konsisten menerapkannya. Masalahnya, semua startup mungkin sudah memiliki budget, tetapi mereka tidak menerapkannya dengan baik. Inilah mengapa banyak startup gagal bertahan dalam waktu yang lama.
Apa akibatnya jika pengelolaan uang tidak dilakukan dengan baik dan bijak? Simpel saja: pengeluaran bisa lebih besar dibandingkan pemasukan. Jika dibiarkan, ini bisa mengakibatkan kebangkrutan juga, lho.
Pernahkah kamu dengar istilah ‘bakar uang’? Ini merupakan istilah yang dekat sekali dengan startup.
Bakar uang adalah salah satu upaya yang sering dilakukan startup dalam rangka meningkatkan ketertarikan pelanggan untuk menggunakan produk/layanan mereka. Singkatnya, bakar uang ini erat dengan kegiatan marketing.
Tak hanya untuk marketing, sering kali startup juga bakar uang untuk merekrut pegawai yang sebenarnya belum terlalu dibutuhkan. Ditambah lagi, startup juga sering bakar uang untuk kebutuhan yang kurang krusial dan bersifat prospektif mendatangkan keuntungan.
Kesalahan bisnis startup inilah yang bisa bikin bisnis startup rawan kehabisan uang untuk mengembangkan bisnis. Padahal, startup perlu sering melakukan riset dan mengembangkan produk/layanan sesuai kebutuhan publik.
Bagaimana solusinya?
Satu-satunya solusi adalah dengan menetapkan kerangka budget sedari awal dan terapkan alokasi tersebut dengan disiplin.
Singkatnya, lakukan 3 hal berikut ini:
- Buat alokasi dana (budgeting).
- Terapkan dengan disiplin.
- Revisi, jika diperlukan.
Alokasikan dengan cermat berapa biaya untuk pemasaran, riset dan pengembangan produk, perekrutan, pelatihan karyawan, operasional perusahaan, dll.
Setelah menyusun alokasi biaya, terapkan alokasi biaya tersebut. Sebisa mungkin, tekan pengeluaran yang tidak dibutuhkan. Jika ada vendor yang menaikkan harga, maka coba cari vendor alternatif yang memberikan harga murah dengan kualitas hasil yang sama.
Terakhir, kamu perlu melakukan evaluasi untuk mengetahui apakah budget yang disusun sudah tepat atau membutuhkan perubahan. Jika budget tersebut membutuhkan perubahan, lakukan perubahan.
4. Kualitas produk/layanan yang tidak baik
Kesalahan bisnis startup selanjutnya berkaitan dengan kualitas produk/layanan yang kurang baik.
Konsumen mana pun pastinya tidak mau menggunakan produk/layanan yang tidak baik, bukan?
Produk/layanan merupakan komponen yang penting untuk diperhatikan ketika kamu sedang menjalankan bisnis. Bagaimanapun juga, produk/layanan merupakan sebuah komoditas yang nantinya akan ditukarkan dalam bentuk uang.
Tak hanya itu, produk/layanan yang bagus bisa membuat pelanggan percaya kepada brand startup-mu. Apalagi jika produk yang kamu perkenalkan bisa menjawab permasalahan yang belum bisa dipecahkan startup lain. Di sinilah produk/layananmu memiliki nilai plusnya tersendiri.
Lantas, bagaimana caranya agar kamu bisa memproduksi produk/layanan yang bagus?
Ada tiga faktor yang perlu kamu perhatikan ketika mendesain sebuah produk, yaitu value, pricing, dan timing.
-
Value
Faktor ini menyebutkan alasan mengapa produkmu lebih unggul dibandingkan dengan kompetitor. Selain itu, value juga menggambarkan mengapa produk/layananmu mampu memberikan lebih dibandingkan dengan biaya yang dibayarkan.
Value yang dimaksud bisa hadir dalam bentuk:
- Kegunaan (usefulness)
- Kualitas produk/layanan
- Customer service yang kamu berikan
- Desain produk, atau
- Brand value (value yang kamu dapatkan dengan membeli produk/brand tertentu)
-
Pricing
Selain value dari produk/layanan yang ditawarkan, produk yang bagus tentunya memilki harga yang pas di kantong target pasar yang membelinya.
Harga yang pas di kantong target pasar tidak selalu berarti harga murah.
Jangan sampai membuat harga jual produk/layanan startupmu terlalu rendah karena ini akan berdampak pada profit margin yang kecil juga.
Hindari juga memberi harga terlalu tinggi karena ini bisa berdampak pada rendahnya penjualan.
Oleh karena itu, penting sekali untuk mempertimbangkan berapa harga jual produk/layanan yang tepat agar tidak mengganggu penjualan serta tidak membuatmu mengalami kerugian besar.
-
Timing
Timing juga merupakan aspek penting yang perlu diperhatikan ketika kamu sedang mendesain produk. Dilansir dari Fast Company, kamu perlu mengetahui apakah produk/layanan yang kamu tawarkan itu siap diterima oleh masyarakat atau belum.
Boleh jadi produk yang kamu tawarkan bagus, punya value yang oke, dan punya harga yang pas. Akan tetapi, jika kamu menjualnya kepada masyarakat dengan timing yang jelek, maka ada dua kemungkinan yang bisa terjadi:
- Produk/layananmu masih belum dibutuhkan masyarakat. Ini disebabkan karena timing-nya too early, alias terlalu cepat. Dalam artian, masyarakat masih nyaman dengan solusi yang ada saat ini–terlepas dari masalah apa pun yang mungkin timbul karenanya.
- Produk/layanan yang startup-mu berikan sudah ditawarkan oleh banyak kompetitor lainnya. Pada kondisi seperti ini, sales mungkin tidak sesuai yang diharapkan. Ini disebabkan karena produkmu sudah too late, alias sudah terlambat untuk dirilis.
Karena timing pengenalan produk/layanan sangat berpengaruh terhadap kesuksesan produk, maka pastikan kamu tahu kapan waktu yang pas untuk meluncurkan produk/layanan yang startup-mu miliki.
Kesalahan bisnis startup ini bisa kamu hindari dengan melakukan riset yang mendalam atas kebutuhan pasar. Pastikan juga untuk peka terhadap perubahan yang terjadi di masyarakat.
5. Kurangnya riset dan inovasi
Riset dan inovasi merupakan dua pilar penting yang mendukung kesuksesan startup. Dua hal ini jelas saling mendukung satu sama lain. Dalam artian, semakin mendalam riset yang dilakukan, maka startup-mu bisa belajar lebih banyak dari masyarakat. Ini artinya, kamu dan tim bisa lebih mudah berinovasi untuk menjawab kebutuhan masyarakat.
Benefit melakukan riset bagi startup
Dilansir dari Entrepreneur, berikut adalah beberapa benefit yang bisa didapatkan sebuah startup dengan melakukan riset:
1. Kamu bisa mengembangkan produk MVP yang sesuai kebutuhan masyarakat
Minimum Valuable Product (MVP) merupakan produk/layanan uji coba yang diluncurkan dengan tujuan untuk memperoleh feedback langsung dari pengguna mengenai produk/layanan uji coba tersebut.
Walaupun MVP adalah produk uji coba, riset tetaplah penting untuk dilakukan. Pasalnya, kamu bisa mengetahui bagaimana spesifikasi minimal produk/layanan yang diharapkan target pasar dari riset. Dengan demikian, kamu bisa mengembangkan produk/layanan sesuai dengan apa yang diinginkan masyarakat.
Nantinya, feedback pengguna bisa kamu gunakan untuk mengembangkan produk/layanan MVP ke arah yang lebih baik.
2. Mengetahui celah yang dimiliki kompetitor
Analisis kompetitor juga merupakan salah satu jenis riset bisnis yang penting untuk kamu lakukan. Dengan melakukan analisis terhadap kompetitor, kamu bisa mengetahui fitur-fitur apa saja yang produk startup lain miliki, tetapi tidak tersedia di produkmu.
Melalui analisis kompetitor, kamu juga bisa mengetahui apa saja kelemahan-kelemahan kompetitor. Dengan mengetahui hal ini, kamu bisa mengisi ‘celah’ tersebut dengan inovasi baru sehingga kamu bisa lebih unggul di mata masyarakat.
3. Mengetahui trik marketing apa yang tepat untuk dilakukan
Dunia marketing juga sangat berhubungan dengan riset. Dalam hal ini, kamu perlu tahu strategi marketing apa saja yang cocok digunakan untuk memasarkan produk sesuai dengan target pasar dari produk yang dipasarkan.
Jika kamu melewatkan riset, kamu akan mengalami kesulitan ketika melakukan marketing. Pasalnya, kamu tidak mengenal seperti apa target pasarmu sehingga tidak bisa menunjukkan value produk yang sesuai dengan karakteristik mereka.
Selain malas melakukan riset, kesalahan bisnis startup lainnya adalah ketidakmampuan menghasilkan inovasi-inovasi baru.
Membuat inovasi memang bukanlah hal yang mudah. Kamu perlu mengombinasikan segenap kreativitas, kemampuan problem solving, serta kemampuan untuk berpikir secara out of the box.
Lagi-lagi, untuk bisa melahirkan inovasi-inovasi baru, salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan riset.
Dalam prosesnya, kamu bisa mendengarkan feedback masyarakat terkait dengan produk/layanan yang kamu tawarkan. Dari feedback–feedback tersebut, kamu bisa menyusun rencana pengembangan produk bersama timmu.
Kamu juga bisa melakukan pengamatan langsung di lapangan untuk mencari inspirasi. Tak jarang, pengamatan langsung di masyarakat bisa membantumu mendapatkan insight yang bermanfaat untuk pengembangan bisnis.
6. Kurangnya persistensi
Apa sih yang dimaksud dengan persistensi? Berasal dari kata dasar ‘persisten’, kata ini memiliki arti kegigihan dan berkesinambungan.
Memangnya, apa kaitan kesalahan bisnis startup dengan persistensi?
Bagi sebagian besar bisnis, persistensi yang baik bisa mengantarkan mereka menuju kesuksesan. Pasalnya, mereka tetap terus mencoba, tidak menyerah, dan konsisten berbenah meskipun penjualan tidak banyak ataupun banyak feedback negatif mengenai produk/layanan mereka.
Startup merupakan jenis bisnis yang disebut-sebut memiliki risiko tinggi–apalagi jika kamu tidak merencanakan bisnismu dengan baik.
Karena alasan itulah, persistensi menjadi hal yang penting bagi para pelaku startup. Kegagalan untuk menjadi pelaku bisnis startup yang persisten bisa berujung pada kegagalan bisnis startup-mu. Tentu kamu tidak ingin hal ini terjadi, bukan?
Benefit menjadi pebisnis yang persisten
Beberapa benefit yang bisa kamu peroleh dengan menjalankan bisnis secara persisten adalah sebagai berikut:
- Kamu bisa mencapai goals yang ingin dicapai.
- Kamu bisa menginspirasi tim untuk bekerja lebih giat lagi.
- Kamu bisa menginspirasi orang lain di luar tim.
Cara menjadi pebisnis yang persisten
Bagaimana caranya menjadi pebisnis yang persisten? Berikut ini adalah tips-tips yang bisa kamu lakukan.
- Atur goals yang realistis. Dengan goals yang realistis, kamu bisa mengetahui step-step apa saja yang perlu kamu lakukan. Goals yang realistis juga bisa membantumu untuk lebih gigih mencapainya.
- Percaya pada kemampuan diri. Supaya kamu bisa persisten dalam menjalankan bisnis, pastikan untuk percaya pada kemampuan diri. Kamu harus yakin bahwa kamu bisa mencapai semua goals yang diinginkan dan menjadi pelaku bisnis startup yang sukses.
- Tetap fokus dengan tujuan. Persistensi menuntutmu untuk tetap fokus dengan tujuan yang ingin dicapai. Dalam usahamu mencapai tujuan, tentunya akan ada banyak tantangan yang akan kamu hadapi. Di sinilah poin kunci dari persistensi: kamu terus berusaha walaupun ada banyak hal yang akan menghalangi jalanmu.
- Temukan mentor atau role model. Mentor maupun role model bisa membantumu untuk belajar mengenai apa yang akan mereka lakukan ketika bisnis sedang mengalami masalah tertentu. Kamu juga bisa mendapatkan berbagai insight dari mereka tentang bisnis. Memiliki role model juga bisa membangkitkan semangat untuk menjalankan bisnis dengan lebih baik.
Itulah 6 kesalahan bisnis startup yang umum dijumpai. Dengan mengenal berbagai kesalahan tersebut, harapannya kamu bisa menghindar dari kesalahan-kesalahan tersebut ketika menjalankan bisnismu.
Salah satu aspek penting yang wajib diperhatikan ketika menjalankan bisnis startup adalah aspek marketing. Dengan strategi marketing yang baik, produk/layanan startupmu bisa dikenal publik secara luas.
Dewasa ini, content marketing merupakan salah satu strategi marketing yang masif dilakukan. Strategi ini dilakukan dengan menggunakan konten yang relevan dengan bisnis sebagai alat untuk menyampaikan pesan pemasaran. Beberapa jenis konten yang umum digunakan adalah konten tertulis (blog), video, foto, maupun audio.
Ingin mengembangkan blog startup, tetapi masih belum punya waktu? Kamu bisa percayakan penulisan artikel kepada Kontenesia.
Dengan tim penulis yang berpengalaman, kamu bisa mendapatkan tulisan yang siap dipublikasikan dengan waktu yang cepat. Tak perlu khawatir, artikel-artikel yang diproduksi oleh tim Kontenesia bebas plagiasi dan tentunya ditulis langsung oleh tim kami.
Tak hanya penulisan artikel saja, kamu bisa mendapatkan berbagai layanan lain di Kontenesia. Misalnya seperti layanan copywriting, penulis outsource, hingga layanan media placement.
Yuk, buat startup-mu lebih maju bersama Kontenesia!
FAQ
Apa saja yang menyebabkan kegagalan dari sebuah startup?
Berikut ini adalah beberapa kesalahan bisnis startup yang sering mengakibatkan kegagalan bisnis mereka:
- Kurangnya pemahaman akan target pasar
- Perencencanaan bisnis yang kurang baik
- Pengelolaan keuangan yang kurang baik
- Kualitas produk/layanan yang tidak baik
- Kurangnya riset dan inovasi
- Kurang persisten
Bagaimana langkah-langkah melakukan pengembangan produk yang baik?
Ada tiga langkah yang bisa dilakukan untuk melakukan pengembangan produk dengan benar, yaitu:
- Problem definition, yaitu tahap mencari tahu apa permasalahan yang ada di target pasar melalui riset.
- Solution development, yaitu tahapan menyusun produk/layanan yang bisa menjawab permasalahan target pasar tersebut.
- Solution validation, tahapan ini mengacu pada tahapan uji coba yang dilakukan untuk mengetahui seberapa baik produk yang telah dikembangkan.
Apa saja yang harus ada di rencana bisnis?
- Tujuan bisnis
- Penjelasan mengenai produk/layanan yang dihasilkan
- Analisis pasar
- Financial planning
- Budget
- Strategi pemasaran
Apa saja faktor yang perlu diperhatikan ketika mendesain sebuah produk?
- Value, yaitu alasan mengapa produk/layananmu lebih unggul dibandingkan kompetitor
- Pricing, yaitu berapa harga yang perlu dibayarkan pelanggan untuk produk/layanan tersebut.
- Timing, untuk mengetahui kapan waktu yang tepat untuk meluncurkan produk/layanan tersebut.
Bagaimana cara menjadi pebisnis yang persisten?
- Atur goals yang realistis
- Percaya pada kemampuan diri
- Selalu fokus pada tujuan
- Temukan mentor atau role model.