Posted on Leave a comment

11 Contoh Brand yang Sukses Menerapkan Artificial Intelligence dalam Bisnis

Tidak bisa dimungkiri, penerapan Artificial Intelligence sudah banyak kita jumpai di kehidupan sehari-hari. Menariknya, penerapan AI ini tidak hanya bisa kita jumpai di salah satu bidang saja—melainkan ada di banyak bidang. Salah satunya adalah bisnis.

Mengingat sudah banyak bisnis yang menerapkan AI, mungkin kamu jadi dibuat penasaran. Apakah penerapan AI bisa membawa perubahan signifikan, khususnya di bidang sales dan marketing?

Nah, daripada bingung, yuk cari tahu langsung ‘kisah sukses’ berbagai brand dunia setelah menerapkan AI! Dari ‘kisah sukses’ ini, kamu bisa tahu seberapa impactful pengaruh AI jika kamu tahu bagaimana menggunakannya dengan tepat.

Brand yang Sukses Menerapkan AI dalam Bisnis

Brand apa saja yang berhasil menerapkan AI dalam menjalankan bisnisnya? Berikut ini adalah 11 brand sukses yang bisa menjadi contoh penerapan Artificial Intelligence dalam bisnis.

1. Amazon

Sumber : Cyberthreat.id

Menurut berbagai sumber, Amazon bisa disebut sebagai perusahaan pionir yang menawarkan rekomendasi produk yang terpersonalisasi.

Untuk mewujudkan hal ini, Amazon menyediakan algoritma khusus untuk membuat rekomendasi produk berdasarkan beberapa hal, yaitu:

  • Riwayat pembelian sebelumnya
  • Riwayat pencarian sebelumnya, baik di marketplace tersebut maupun di search engine, dsb.

Nah, untuk memungkinkan Amazon mempelajari data-data tentang pelanggan, Amazon menggunakan Artificial Intelligence.

Tidak hanya itu saja, algoritma AI pada Amazon juga bisa digunakan untuk mewujudkan dynamic pricing.

Apa itu dynamic pricing? Simpelnya, dynamic pricing merupakan fitur otomatisasi untuk menurunkan harga ketika minat pelanggan terhadap suatu produk menurun serta menaikkan harga ketika minat pelanggan terhadap barang tersebut meningkat. Keren, bukan?

Amazon juga mencoba menggunakan Artificial Intelligence untuk hal-hal menarik lainnya. Sebagai contoh, Amazon membuka beberapa toko check-out free di Seattle, San Francisco, dan Chicago.

Toko dengan layanan check-out free ini memiliki sensor dan kamera yang bisa langsung mendeteksi produk-produk apa yang sudah diambil pelanggan. Lalu, AI akan menghitung total pembelian secara otomatis. Sebelum pelanggan tersebut keluar dari toko, mereka bisa membayar menggunakan Amazon Go App.

2. Nike

Sumber : Unsplash

Brand dengan fokus bisnis penjualan apparel secara retail ini juga menggunakan sistem berbasis AI yang memungkinkan pelanggan mereka mendesain sneakers sesuka hati. Sistem ini tersedia di online store mereka yang berbasis website.

Peningkatan sales adalah salah satu benefit dari program ini. Selain itu, cara ini juga bisa membantu Nike mengumpulkan data-data mengenai pembeli. Nantinya, data-data ini bisa membantu Nike untuk mengirimkan dan menyesuaikan penawaran dengan preferensi pelanggan.

3. KLM

contoh brand sukses ai
Sumber : KLM Blog

KLM merupakan sebuah maskapai penerbangan asal Belanda yang juga menerapkan Artificial Intelligence untuk meningkatkan pelayanan pelanggannya.

KLM menerapkan kecerdasan buatan (AI) dalam sebuah sistem yang dijuluki sebagai Blueboat. Melalui Blueboat, pelanggan dapat dengan mudah melakukan reservasi tiket pesawat, menerima konfirmasi pembelian tiket, menerima informasi ter-update perihal penerbangan yang telah dipesan, serta menjawab berbagai pertanyaan dari pelanggan.

Menariknya, dengan keberadaan Blueboat KLM, maskapai ini menerima lebih dari jutaan pesan yang dikirimkan oleh 500.000 pelanggan. Dengan kata lain, KLM bisa meningkatkan kualitas customer service-nya sehingga sales pun berpotensi meningkat.

4. Alibaba

contoh brand sukses ai
Sumber : Katadata.co.id

Alibaba merupakan sebuah marketplace global yang berasal dari Tiongkok. Meski sama-sama marketplace seperti Amazon, keduanya memiliki sedikit perbedaan. Amazon menjual produk secara B2C (Business to Customer), sedangkan Alibaba lebih mengarahkan sistem penjualannya secara B2B (Business to Business).

Lantas, bagaimana Alibaba mengimplementasikan AI dalam bisnisnya?

  1. Seperti layaknya marketplace lain, Alibaba menggunakan AI untuk menyediakan rekomendasi produk bagi para pengguna. Dengan cara ini, pengguna bisa mendapatkan rekomendasi produk yang sekiranya sesuai untuk mereka.
  2. Alibaba juga menerapkan smart customer service system. Dengan cara ini, pelayanan customer bisa diotomatisasi. Menariknya, otomasi pelayanan pelanggan ini justru lebih banyak menerima pujian dari publik dibandingkan pelayanan pelanggan yang dilakukan oleh manusia.
  3. Ada juga FashionAI. Ini adalah sebuah sistem yang membantu pelanggan mendapatkan rekomendasi produk. Tujuannya adalah supaya pelanggan bisa mix and match pakaian sesuai dengan produk yang dibeli.

AI ini juga menyediakan informasi mengenai tren pakaian terkini dari berbagai brand partner. Meski sistem ini sangat bermanfaat, FashionAI hanya dibuka sementara saja. Ke depannya, bukan tidak mungkin akan ada sistem serupa yang bisa bertahan lebih lama.

Dengan menggunakan teknologi AI sebagaimana yang sudah disebutkan di atas, tidak heran Alibaba bisa menjadi salah satu marketplace besar yang melayani pembelian dari seluruh dunia.

5. Starbucks

contoh brand sukses ai
Sumber : Unsplash

Siapa nih yang doyan jajan di Starbucks? Coffee shop yang punya banyak cabang di seluruh dunia ini ternyata juga menggunakan kecerdasan buatan dalam menjalankan bisnisnya, lho.

Seperti apa penerapan Artificial Intelligence di brand yang satu ini? Pada dasarnya, penerapan AI yang dilakukan di Starbucks tidak jauh berbeda dengan bisnis-bisnis lainnya.

Starbucks juga menggunakan aplikasi mobile dan loyalty card untuk mengumpulkan data dan menganalisis informasi pelanggan mengenai lokasi dan waktu pembuatan produk Starbucks.

Starbucks juga menyediakan layanan virtual barista yang memungkinkan pengguna memesan minuman dengan ‘racikan’ sesuka hati. Layanan barista virtual ini menggunakan AI-based application. Nantinya, data pesanan yang diterima Starbucks akan digunakan sebagai dasar pengembangan produk.

Apakah penerapan AI ini sangat membantu Starbucks dalam menjalankan bisnisnya? Tentu saja! Adanya data pelanggan dalam jumlah besar ini nantinya akan dianalisis untuk menentukan produk baru apa yang bisa diperkenalkan. Selain itu, data ini bisa digunakan untuk menentukan dimana lokasi cabang Starbucks baru.

6. Buzzfeed

contoh brand sukses ai
Sumber : Fortune.com

Sering streaming YouTube? Jika ya, nama Buzzfeed mungkin sudah tidak asing lagi bagimu. Buzzfeed adalah perusahaan yang bergerak di bidang media, news, dan entertainment. Sejak 2006 hingga kini, fokus Buzzfeed adalah menyediakan konten-konten yang menghibur dalam berbagai bentuk media—mulai dari artikel hingga video.

Bagaimana Buzzfeed memproduksi kontennya? Apakah tim mereka menggunakan AI? Pada awalnya, mereka tidak mengandalkan AI untuk membuat copy, artikel, maupun video script. Tetapi baru-baru ini, terdengar kabar bahwa Buzzfeed juga mulai ‘berkolaborasi’ dengan AI untuk membuat konten-konten tersebut.

CEO Buzzfeed sendiri menyebutkan bahwa kehadiran Artificial Intelligence mereka manfaatkan sepenuhnya untuk brainstorming, meningkatkan quiz experience, dan membantu membuat konten yang terpersonalisasi.

Bagaimana hasilnya? Fantastis! Ditinjau dari jumlah kunjungan di website-nya saja, Buzzfeed sudah bisa mengantongi rata-rata 100 juta kunjungan tiap bulannya. Ini belum termasuk jumlah views jenis konten lain yang diunggah di platform lain.

7. Heinz

contoh brand sukses ai
Sumber : Itsnicethat.com

Menggunakan AI untuk membuat konten sepenuhnya memang bukan style-nya Buzzfeed, tetapi Heinz ingin mencoba suatu hal yang lebih menantang: membuat gambar ad (iklan) dengan bantuan Artificial Intelligence.

Dengan bantuan marketing agency Rethink Ideas, Heinz memutuskan untuk membuat ad campaign dengan visual yang dibuat seutuhnya dengan menggunakan AI.

Rethink Ideas akhirnya mencoba menggunakan teknologi kecerdasan buatan untuk membuat ilustrasi dengan menggunakan DALL-E 2. Uniknya, setelah memasukkan berbagai prompt yang diawali dengan ‘ketchup’, DALL-E 2 selalu menghasilkan ilustrasi yang serupa dengan botol Heinz.

Nah, dari ide inilah Rethink Ideas membuat suatu ide marketing. Mereka meminta para pelanggan Heinz untuk membuat ilustrasi dengan AI berdasarkan prompt yang mereka input masing-masing. Hasil ilustrasi terbaik akan ditayangkan baik di postingan media sosial Heinz maupun di iklan cetak.

Menariknya, hampir semua hasil ilustrasi yang dibuat dengan AI mirip dengan botol saos Heinz! Dengan caption “This is What Ketchup Looks Like to A.I.”, Heinz dan Rethink Ideas berhasil meningkatkan engagement dengan publik.

Tidak hanya itu, hasil kolaborasi tiga pihak ini seakan menekankan bahwa Heinz adalah produk saos nomor satu. Caption tambahan “It Has to be Heinz” yang disertakan di setiap poster menunjukkan hal ini.

8. Unilever

contoh brand sukses ai
Sumber : LinkedIn

Contoh penerapan AI dalam bisnis selanjutnya adalah dari brand Unilever. Perusahaan yang bergerak di bidang consumer goods ini juga menggunakan AI dalam proses bisnisnya, lho.

Penerapan Artificial Intelligence dalam marketing Unilever ini bisa dilihat melalui upaya Unilever dalam menggunakan big data untuk mendapatkan insight yang dapat digunakan untuk mengembangkan bisnis. Data ini mereka dapatkan dari berbagai sumber, mulai dari CRM, social listening, maupun dengan melakukan riset secara tradisional.

Melalui cara inilah, Unilever bisa menemukan apa yang disukai publik dan menjadikannya dasar sebagai pengembangan produk.

Sebagai contoh, Unilever menemukan bahwa ada keterkaitan yang bersifat positif antara ‘es krim’ dan ‘sarapan’. Berdasarkan riset tersebut, Unilever mengembangkan produk sereal rasa es krim–khususnya untuk brand Ben & Jerry’s.

9. eBay

contoh brand sukses ai
Sumber : Deptagency.com

Tak ingin kalah dari marketplace lainnya, e-Bay juga turut menggunakan kecerdasan buatan dalam kegiatan marketingnya. Sejak 2016, eBay menerapkan Phrasee, yaitu sebuah platform customer experience berbasis Artificial Intelligence. Tujuan penggunaan Phrasee ini adalah untuk meningkatkan kualitas marketing copy, khususnya pada email marketing.

Bagi brand sebesar eBay, melakukan optimasi email bukanlah pekerjaan yang mudah. Apalagi jika ada ratusan juta email subscriber di seluruh dunia. Maka dari itu, penting sekali untuk memperhatikan penggunaan bahasa dalam proses pembuatan copy email.

Nah, karena alasan inilah Phrasee digunakan agar email copy bisa dibuat sesuai dengan style bahasa brand tanpa mengesampingkan karakteristik target pasar.

Setelah menggunakan Phrasee, eBay mengalami peningkatan metrik email marketing dalam jumlah yang signifikan. Beberapa metrik yang mengalami peningkatan tersebut adalah sebagai berikut:

  • Peningkatan open rate email sebanyak 16%
  • Peningkatan click rate sebesar 31%
  • Peningkatan 700.000+ open rate per campaign
  • Peningkatan 56.000+ click rate per campaign

Dengan adanya peningkatan open rate dan click rate, semakin besar juga potensi peningkatan sales di marketplace.

10. Sephora

contoh brand sukses ai
Sumber : Alliance.health

Menurut Drift, saat ini chatbot memiliki lebih banyak pengguna dibandingkan channel komunikasi lain. Selama satu tahun (2019-2020), peningkatan penggunaan chatbot meningkat sebesar 92%. Signifikan sekali, bukan?

Sephora–sebuah brand retailer produk-produk beauty and personal care ini merupakan brand yang sudah banyak dijumpai di banyak negara.

Sebagai sebuah brand besar, tidak mengherankan jika Sephora termasuk salah satu early-adopter chatbot AI. Sephora diketahui telah menggunakan chatbot untuk memberikan beauty advice dan menawarkan produk-produknya sejak 2017. Saat itu, platform chatbot yang digunakan adalah Kik.

Dengan bantuan chatbot ini, pengunjung situs Sephora bisa mendapatkan rekomendasi produk yang paling tepat sesuai dengan kebutuhan mereka. Nantinya, chatbot akan merekomendasikan produk berdasarkan jawaban pertanyaan yang diajukan AI.

11. AMA (American Marketing Association)

Sumber : Behance.net

Bayangkan jika kamu bertugas sebagai marketer di American Marketing Association. Jika kamu ditugaskan untuk membuat konten newsletter, mungkin kamu akan sedikit ‘terbebani’ mengingat subscriber newsletter dari AMA adalah para marketer andal. Alhasil, kamu tidak bisa menulis konten newsletter ala kadarnya.

Tak lupa, jenis konten yang diproduksi tim marketer AMA juga bukan hanya newsletter saja. Dengan banyaknya pekerjaan menulis yang diemban marketer AMA, rasanya susah untuk melakukan personalisasi marketing. Apalagi jumlah audiens yang perlu diperhatikan ada ratusan ribu.

Karena alasan-alasan itulah, tim AMA mulai berkolaborasi dengan AI. Kolaborasi ini dilakukan dengan menggunakan platform personalisasi berbasis kecerdasan buatan (rasa.io). Hasilnya, tingkat engagement bulanan email marketing AMA meningkat hingga 42%.

Mengapa hal ini bisa terjadi? Peningkatan engagament rate ini bisa terjadi karena platform Artificial Intelligence rasa.io mampu menyuguhkan konten yang berkualitas untuk audiens yang tepat. Jadi, audiens pun bisa ‘relate’ dengan konten tersebut dan mau membaca konten yang disuguhkan itu.

Apa Pelajaran yang Bisa Kita Diambil?

Merujuk pada berbagai contoh penerapan brand/instansi di atas, ada beberapa hal yang bisa kita pelajari bersama terkait penggunaan AI dalam bisnis. Di antaranya adalah sebagai berikut.

1. AI bisa digunakan untuk meningkatkan pelayanan pelanggan

Tidak bisa dipungkiri, pelayanan pelanggan memegang peranan penting dalam kesuksesan sebuah bisnis. Karenanya, penting untuk mengedepankan pelayanan pelanggan yang baik agar tingkat kepuasan pelanggan juga bisa ditingkatkan.

Untuk meningkatkan pelayanan, ada beberapa hal yang bisa dilakukan dengan menggunakan AI, yaitu:

  • Penggunaan chatbot untuk menjawab pertanyaan pelanggan secara otomatis.
  • Penggunaan chatbot untuk menjawab pertanyaan pelanggan kapan pun. Dengan chatbot, pertanyaan dari pelanggan bisa dijawab tanpa perlu menunggu jam kerja.
  • Memberikan pelayanan dalam berbagai bahasa.

2. Memberikan personalized service

Personalized service yang dimaksud misalnya seperti:

  • Memberikan rekomendasi produk/layanan sesuai dengan riwayat pencarian dan riwayat pembelian
  • Memberikan informasi sesuai dengan karakteristik demografis pelanggan, misalnya berita terkini di industri terkait.
  • Membangun engagement dengan pelanggan. Misalnya, mengirimkan email otomatis pada hari ulang tahun subscriber newsletter, dsb.
  • Mengirimkan diskon-diskon atau penawaran lain yang relevan dengan produk/layanan yang ingin dibeli pelanggan tersebut.

3. Mengumpulkan data-data mengenai pelanggan

Sebagaimana yang dijumpai pada kasus Nike dan Starbucks, AI digunakan untuk mengumpulkan data-data mengenai pelanggan mereka. Data yang dimaksud biasanya adalah data mengenai demografis pelanggan (jenis kelamin, usia, lokasi/domisili, dan biometrik), riwayat pencarian, riwayat pembelian, bahkan hingga behavioral data.

Dari berbagai data tersebut, perusahaan akan melakukan analisis. Hasil analisis inilah yang akan dipelajari dan dijadikan dasar pengambilan keputusan dalam berbisnis.

4. Membuat perencanaan konten dan konten pemasaran

Pada kasus Heinz, AI digunakan untuk membuat konten pemasaran itu sendiri–baik dalam bentuk teks (artikel), maupun dalam bentuk ilustrasi.

Mungkin ada beberapa perusahaan yang kurang setuju dengan penggunaan AI untuk membuat konten pemasaran. Pada contoh di atas, Buzzfeed adalah contoh perusahaan yang dulunya tidak menggunakan AI dalam pembuatan konten. Akan tetapi, ini bukan berarti Buzzfeed tidak menggunakan AI sama sekali dalam proses pembuatan bisnisnya.

Alih-alih mengabaikan AI, Buzzfeed menggunakan AI sebagai alat untuk melakukan brainstorming saat pembuatan content plan. Dengan cara ini, proses brainstorming bisa lebih cepat dilakukan. Penggunaan AI juga membantu agar content plan yang dikembangkan tetap up-to-date.

Potensi Dampak Negatif Penerapan AI dalam Marketing

Meski bisa membawa banyak manfaat, penggunaan AI bukannya tidak membawa masalah. Beberapa contoh masalah Artificial Intelligence dalam bisnis misalnya seperti:

  1. Bahasa komunikasi yang tidak terkesan tidak alami;
  2. Informasi yang diberikan kepada pelanggan salah;
  3. Informasi yang diberikan kepada pelanggan salah ditanggapi;
  4. Adanya potensi pelanggaran terhadap keamanan data. Hal yang dimaksud di sini adalah pelanggaran yang dilakukan perusahaan ketika melakukan pengumpulan data. Perusahaan wajib menyampaikan secara transparan bagaimana data pelanggan dikumpulkan dan digunakan.

Karena beberapa potensi masalah Artificial Intelligence di atas, perusahaan juga perlu memikirkan cara untuk meminimalkan dampak tersebut. Dengan demikian, pelayanan pelanggan, kegiatan pemasaran, dan kegiatan penjualan produk/layanan pun bisa berlangsung dengan lebih lancar.

Gimana, siap menerapkan AI dalam bisnis yang kamu jalankan?

Sebagaimana disebutkan, Artificial Intelligence bisa kamu manfaatkan untuk membuat konten. Salah satunya adalah konten artikel website.

Meski pekerjaan bisa jadi mudah, informasi yang diberikan AI belum tentu valid. Bisa juga artikel yang kamu buat dengan AI kurang enak dibaca. Misalnya karena bahasanya terlalu kaku.

Karena dua alasan inilah tampaknya menulis artikel belum bisa sepenuhnya dipercayakan kepada AI.

Nah, kalau kamu membutuhkan layanan penulisan artikel, Kontenesia siap membantu!

Kontenesia adalah jasa penulisan artikel berkualitas yang siap membantumu memproduksi artikel dalam berbagai niche. Artikel yang ditulis pun dibuat agar SEO-friendly. Tidak hanya layanan penulisan artikel—Kontenesia juga menyediakan layanan copywriting dan jasa media placement, lho!

Ingin mengetahui layanan Kontenesia lebih lanjut? Klik di sini untuk mempelajari berbagai layanan kami.

FAQ

Hal apa saja yang bisa dipelajari dari contoh penerapan AI dalam marketing?

Dari berbagai contoh sukses brand di atas, setidaknya ada beberapa hal yang bisa dilakukan menggunakan AI untuk marketing, yaitu:

  1. AI bisa digunakan untuk meningkatkan pelayanan pelanggan
  2. Memberikan personalized service
  3. Mengumpulkan data-data mengenai pelanggan
  4. Membuat perencanaan konten dan konten pemasaran

Apa saja potensi masalah penerapan Artificial Intelligence dalam marketing?

  1. Pada proses pembuatan konten tertulis, bahasa komunikasi yang tidak terkesan tidak alami
  2. Informasi yang diberikan kepada pelanggan salah
  3. Informasi yang diberikan kepada pelanggan salah ditanggapi
  4. Adanya potensi pelanggaran terhadap keamanan data.
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.