Posted on Leave a comment

Studi Kasus Pemanfaatan AI dalam Penyuntingan Konten: Grammarly

Ai dalm konten

Merebaknya kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI), memberikan kemudahan atas berbagai pekerjaan, termasuk di antaranya proses editing konten digital. Pemanfaatan AI dalam penyuntingan konten tidak hanya membuat proses kerja menjadi lebih mudah tetapi juga lebih cepat.

Kemudahan ini tentu membuat aktivitas produksi content marketing berjalan lebih efektif. Secara tidak langsung efisiensi ini ikut mendorong percepatan penjualan produk/jasa.

Ingin tahu lebih banyak tentang bagaimana Artificial Intelligence membantu proses penyuntingan konten dan memperlancar kegiatan marketing sebuah perusahaan? Yuk ikuti ulasannya di artikel ini.

Grammarly, Platform AI andalan dalam Penyuntingan Konten Tulisan

Dalam dunia penyuntingan konten tulisan, tool AI bernama Grammarly tentu sudah tidak asing di telinga.

Grammarly adalah aplikasi berbasis AI yang bisa kamu gunakan untuk melakukan banyak hal. Mulai dari mengecek kesalahan ketik (typo), mengecek kesalahan penggunaan tata bahasa Inggris (grammar), hingga memberikan saran pilihan kata atau diksi.

Kecerdasan buatan ini bahkan bisa memberitahu bagaimana cara meningkatkan efektivitas kalimat. Selain itu, masih ada berbagai fitur lain yang bisa kamu dapatkan.

Grammarly terdiri atas dua versi, yaitu versi gratisan dan versi berbayar. Tentunya, versi berbayar memberikan lebih banyak fitur premium dibandingkan versi gratisan.

Beberapa perusahaan besar yang terang-terangan menggunakan perangkat editing ini di antaranya:

  • Zoom
  • Atlassian
  • Zapier
  • Prezi
  • Frost & Sullivan
  • Upwork, dan masih banyak lagi.

Untuk melihat sejauh mana kebermanfaatan perangkat AI tersebut bagi sebuah bisnis, mari kita amati pengaplikasiannya pada dua brand besar ini.

Zapier

Zapier adalah sebuah platform yang memungkinkan user untuk menghubungkan aplikasi dan membuat alur kerja (workflows) otomatis tanpa perlu pemrograman. Dengan menggunakan Zapier, user bisa membuat “Zap”. Dengan Zap inilah, user bisa mengotomatisasikan tugas-tugas tertentu dengan menghubungkan berbagai aplikasi.

Dalam proses marketingnya, Zapier menggunakan Grammarly dalam rangka menjaga konsistensi konten tulisan. Konten tulisan yang dimaksud ini bermacam-macam—mulai dari konten marketing, konten email kepada partner bisnis, balasan email ke customer, dsb.

Dalam komunikasi tertulis, Zapier memiliki brand style guide-nya tersendiri. Bahkan, jumlahnya ada banyak yaitu 159 poin aturan.

Dengan rules sebanyak itu, sebenarnya bukan hal yang aneh jika tim di Zapier mengalami kesulitan dalam menjaga konsistensi tone tulisan mereka. Tim yang bertugas untuk mengedit konten juga tentu akan kesulitan jika harus mengedit satu per satu konten yang tidak sesuai dengan brand style guide.

Nah, untuk itulah Zapier menggunakan Grammarly.

Selain berguna untuk memeriksa ada tidaknya kesalahan ketik dan tata bahasa, Grammarly membantu brand ini untuk menjaga tone tulisan agar tetap konsisten dan sesuai dengan brand style guide.

Grammarly juga membantu tim untuk mempersingkat waktu mengedit konten. Dengan demikian, waktu untuk pengerjaan konten dari awal hingga akhir bisa lebih singkat.

Apa ada hasil yang didapat setelah Zapier menggunakan Grammarly? Singkat cerita, Grammarly bisa membantu tim Zapier untuk menjaga konsistensi tone tulisan dalam ragam komunikasi tertulis. Alhasil, tim jadi lebih cepat membuat konten.

Dalam kaitannya dengan content marketing, melakukan pembuatan konten dengan cepat dapat memberikan dampak positif terhadap penjualan.

Meski demikian, tim perlu memastikan kualitas konten yang sudah dibuat. Mengabaikan kualitas konten yang digunakan untuk marketing bisa mengakibatkan pesan marketing yang disampaikan jadi kurang efektif. Ujung-ujungnya, ini dapat mempengaruhi minat pelanggan untuk membeli produk/jasa.

Frost & Sullivan

Brand besar lain yang mengolaborasikan bisnisnya dengan AI Grammarly adalah Frost & Sullivan. Sebagai sebuah perusahaan konsultan global asal Amerika yang bergerak di bidang konsultan, perusahaan ini menyediakan beragam layanan, seperti riset pasar, analisis industri, pelatihan, dan konsultasi.

Fokus bisnis Frost & Sullivan adalah memberikan wawasan strategis bagi perusahaan untuk mengambil keputusan bisnis yang cerdas.

Lantas, apa keterkaitan Frost & Sullivan dengan Grammarly? Frost & Sullivan juga menggunakan Grammarly dalam rangka meningkatkan efisiensi waktu editing konten. Menariknya, Frost & Sullivan menyebutkan bahwa dengan Grammarly, mereka bisa menghemat waktu editing hingga 66%.

Editing yang dilakukan ini bukanlah editing konten marketing, melainkan editing laporan-laporan riset bisnis. Berhubung laporan riset bisnis ini nantinya akan diserahkan kepada perusahaan klien. Tim Frost & Sullivan harus bisa menyuguhkan laporan tersebut sebagai laporan yang high-quality. Apalagi, rata-rata klien Frost & Sullivan adalah perusahaan top di bidangnya.

Untuk perusahaan-perusahaan seperti Frost & Sullivan, memastikan isi konten laporan riset seperti ini tentunya menjadi hal penting. Nantinya, perusahaan klien bisa menilai kualitas hasil isi konten yang dibuat. Apabila laporan riset yang dilakukan memiliki kualitas yang biasa-biasa saja, maka tingkat kepercayaan terhadap perusahaan bisa berkurang.

Dengan Grammarly, tim Frost & Sullivan disebut-sebut mampu mengurangi beragam kesalahan dalam laporan-laporan yang mereka tulis. Pilihan kata dalam penulisan laporan pun bisa jadi lebih baik dibandingkan sebelumnya. Tak hanya itu, tim bisa menyamakan tone tulisan mereka dengan mudah setelah menggunakan tool AI yang dikembangkan Grammarly.

Berkat Grammarly, Frost & Sullivan bisa bekerja dengan lebih dari 500 klien dalam waktu satu tahun. Fantastis!

Tantangan dan Kendala Penerapan AI dalam Penyuntingan Konten

Ai dalam konten

Meski memberikan berbagai manfaat dalam penyuntingan konten, penerapan AI juga membawa tantangannya tersendiri.

Beberapa tantangan dan kendala yang akan kamu hadapi ketika menggunakan AI dalam mengedit konten adalah sebagai berikut:

1. Akurasi dalam editing tidak 100%

Ketika menggunakan AI dalam penyuntingan konten, kamu tidak bisa mempercayakan editing seutuhnya kepada AI. Sebab, AI tidak bisa memastikan akurasi 100% dalam proses editing.

Mengapa demikian? Adanya perubahan aturan tata bahasa maupun aturan ejaan menjadi salah satu alasannya. Karena adanya perubahan aturan ini, AI yang kamu gunakan perlu penyesuaian lagi agar dapat mendeteksi kesalahan tata bahasa atau ejaan dalam konten.

2. AI dapat salah menafsirkan kalimat dan memberikan rekomendasi yang salah

Bukan rahasia lagi jika AI bisa saja salah memberikan rekomendasi ejaan, tata bahasa, diksi kata, dsb. Hal ini sering kali disebabkan karena AI salah menafsirkan kalimat sehingga rekomendasi yang diberikan pun jadi salah.

3. Ketidakkonsistenan dalam mendeteksi style tulisan

Biasanya, konten yang dengan tujuan untuk marketing ditulis berdasarkan style guideline tertentu. Salah satu komponen style guideline adalah tone tulisan.

Apabila kamu menggunakan AI untuk memeriksa tone tulisan, terkadang tone tulisan yang sudah kamu buat terdeteksi memiliki tone yang berbeda setiap kali kamu mengeceknya. Karena hal ini, kamu mungkin jadi bingung mau mengubah tulisan jadi seperti apa.

4. Keterbatasan bahasa

Sering kali, tool AI dalam penyuntingan konten hanya menyediakan layanan proofreading dan editing dalam bahasa Inggris atau bahasa tertentu. Alhasil, jika isi konten masih menggunakan bahasa lain, kamu tidak bisa memanfaatkan AI dalam kegiatan editing.

5. Tidak bisa diandalkan jika digunakan untuk mengedit karya kreatif

Tool AI dalam penyuntingan konten tidak dapat digunakan untuk mengedit karya kreatif, misalnya seperti puisi, pantun, maupun cerita pendek. Pasalnya, AI hanya mengandalkan algoritma sehingga tidak bisa melibatkan kreativitas, aspek emosional, serta intuisi dalam melakukan interpretasi konten.

6. Tidak bisa kamu gunakan untuk cek keabsahan informasi

Dalam proses editing, terkadang editor perlu memeriksa keabsahan informasi dalam tulisan yang sedang dikerjakannya. Sayangnya, AI dalam penyuntingan konten tidak bisa kamu pakai untuk mengecek benar tidaknya informasi yang ditulis.

Ke depannya, bukan tidak mungkin tantangan dan kendala AI yang sudah disebutkan di atas bisa teratasi.

Masa Depan AI dalam Penyuntingan Konten

Ai dalam konten

Di masa mendatang, ada banyak kemajuan AI di bidang penyuntingan konten yang bisa kamu jumpai. Beberapa kemajuan tersebut misalnya sebagai berikut.

1. Peningkatan kecepatan dalam editing konten

Di masa mendatang, diperkirakan AI bisa lebih cepat melakukan penyuntingan konten. Algoritma akan dikembangkan agar bisa memproses serta menganalisis teks lebih cepat sehingga kamu mampu menghemat waktu dan sumber daya.

2. Plagiarism checker

Saat ini, sudah ada tool AI dalam penyuntingan konten yang dilengkapi dengan plagiarism checker. Akan tetapi, jumlahnya belum banyak. Ke depannya, akan lebih banyak tool editing AI-based yang dilengkapi dengan plagiarism checker. Hasil ceknya pun diprediksi akan lebih baik dibandingkan dengan tool yang ada saat ini.

3. Pemahaman emosi

Di masa mendatang, pengembang akan membuat AI yang mampu memahami konteks emosional yang ada di dalam teks. Ini akan membantu kamu untuk menyempurnakan proses penyuntingan sehingga teks bisa jadi lebih menjangkau perasaan pembacanya.

4. Personalisasi konten

Selain hal-hal di atas, di masa mendatang akan ada tool AI yang dapat kamu gunakan untuk mengedit konten sesuai dengan preferensi dan kebutuhan individu. Preferensi dan kebutuhan yang dimaksud misalnya seperti gaya penulisan serta tone tulisan yang digunakan.

Kesimpulan 

Itu tadi uraian manfaat AI dalam penyuntingan konten, khususnya Grammarly, bagi perusahaan, termasuk di dalamnya penjelasan mengenai tantangan dan kendala yang mungkin dihadapi. Ada juga informasi prediksi fitur  yang bisa dijumpai di AI masa mendatang.

Jadi, apakah AI worth it digunakan dalam proses editing konten? Ya, tentu saja! AI terbukti mampu mempercepat waktu editing dan membantu editor mengedit konten sesuai brand style guide secara mudah dan cepat.

Meski demikian, masih ada kendala yang ditimbulkan tool AI editing content. Seperti akurasi yang kurang baik, keterbatasan bahasa, serta tidak mampu digunakan untuk mencari tahu keabsahan informasi.

Karena kendala-kendala di atas, proses editing sering kali masih membutuhkan bantuan manusia. Jadi, setelah diedit menggunakan AI, kamu masih perlu memeriksa hasil editan sehingga hal ini bisa berpotensi menambah waktu pengerjaan konten. Cukup repot, bukan?

Alih-alih mengedit konten dalam waktu yang lama karena harus checking ulang, kamu bisa mempercayakan pembuatan konten + editing langsung kepada Kontenesia.

Sebagai jasa penulisan artikel andal, Kontenesia memiliki tim editor yang siap sedia untuk mengecek konten-konten dengan teliti. Konten akan dipastikan bukan plagiat dan ditulis sesuai dengan brief yang kamu buat.

Selain memberikan layanan pembuatan artikel SEO-friendly, Kontenesia juga menyediakan beragam layanan lain. Misalnya seperti jasa copywriting, jasa penulis outsource, dan press release.

Butuh informasi lebih lanjut? Kamu bisa cek website Kontenesia di sini.

FAQ

Apa saja manfaat menggunakan AI dalam penyuntingan konten?

AI bisa menekan waktu editing konten dan mempermudah proses editing. AI dapat menemukan kesalahan ejaan, kesalahan tata bahasa, dsb. dengan mudah. AI juga bisa memberikan rekomendasi pilihan diksi yang baik sesuai konteks kalimat.

Apa saja kendala yang mungkin timbul dalam penggunaan AI dalam editing konten?

Ada beberapa kendala yang mungkin timbul, yaitu:

  1. Akurasi editing yang tidak 100%
  2. AI dapat salah menafsirkan kalimat dan memberikan rekomendasi kata/kalimat yang salah.
  3. Ketidakkonsistenan AI dalam mendeteksi style tulisan
  4. Keterbatasan pilihan bahasa
  5. Tidak bisa diandalkan untuk mengedit karya kreatif
  6. Tidak bisa digunakan untuk mengecek keabsahan informasi yang ditulis.
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.