Pernah dengar istilah brand guideline? Brand guideline, yang juga populer disebut sebagai brand style guide, merupakan panduan yang mengatur bagaimana sebuah merek atau identitas bisnis bisa tampil ke publik. Brand guideline penting diterapkan saat melakukan pemasaran karena mampu membantu memunculkan dan meng-highlight ciri khas merek bisnismu.
Lalu, seberapa ampuh, sih, brand guideline membangun citra produk di masyarakat? Apakah semua bisnis perlu memiliki brand guideline? Apa saja aspek-aspek yang perlu ada dalam sebuah brand guideline? Yuk, temukan jawaban dari berbagai pertanyaan tersebut di artikel berikut!
Definisi Brand Guideline
Sesuai dengan namanya, brand guideline adalah pedoman/aturan yang digunakan oleh sebuah brand dalam menunjukkan identitasnya di berbagai media, khususnya media pemasaran.
Bentuk nyata dari brand guideline meliputi desain logo, gaya bahasa, tema warna, ikon-ikon, dan masih banyak lagi. Adapun tujuan utama dikomposisikannya brand guideline adalah untuk menciptakan tampilan yang mencirikan brand yang dimaksud, termasuk membangun ciri khas tertentu yang diharapkan dapat memudahkan masyarakat mengingat brand produk/bisnis yang dijalankan.
Mengapa Perlu Ada Brand Guideline?
Secara lebih detail, berikut ini sejumlah alasan mengapa brand guideline diperlukan dalam sebuah bisnis.
1. Standardisasi elemen-elemen visual brand
Bukan rahasia lagi bahwa ada banyak desainer yang bekerja untuk sebuah brand. Bahkan terkadang ada juga brand yang merekrut freelancer untuk mengerjakan proyek desain mereka.
Dengan banyaknya orang yang menangani desain sebuah brand, perlu ada standar khusus yang bisa digunakan agar desain-desain yang dibuat ‘seragam’. Biasanya, elemen-elemen yang menekankan keseragaman ini meliputi penggunaan warna, tipografi (font), logo, dan ikon-ikon.
Tidak hanya itu saja, copy yang digunakan dalam sebuah desain terkadang juga memiliki brand guideline-nya tersendiri. Aturan yang dimaksud biasanya meliputi gaya bahasa dan tone dari kata-kata yang digunakan. Panggilan terhadap pengguna produk/jasa juga biasanya dimasukkan di dalam sebuah brand guideline.
Mengapa tulisan saja perlu diatur dalam sebuah brand guideline? Alasannya juga sama, yaitu membuat standar khusus yang mencerminkan brand.
2. Konsistensi tampilan di berbagai channel pemasaran
Dengan adanya aturan yang mengatur bagaimana identitas sebuah perusahaan ditunjukkan ke publik, konsistensi tampilan pun jadi memungkinkan untuk dicapai. Akibatnya, perlahan masyarakat pun mulai mengasosiasikan ciri khas tampilan tersebut dengan brand-mu.
Penjelasan lebih lanjut terkait hal ini akan dijelaskan di poin selanjutnya.
3. Agar brand-mu lebih mudah diingat
Brand guideline sering kali meminimalkan penggunaan warna-warna maupun desain yang tidak berkaitan dengan identitas perusahaan. Kalau kamu suka dengan desain yang colorful, mungkin brand guideline bisa dianggap sebagai aturan yang ‘mengekang’.
Mungkin kamu juga bertanya, bukannya desain perlu dibuat dengan mengandalkan kreativitas masing-masing desainernya? Jadi, terserah saja, dong, mau pakai warna apa saja?
Well, desain yang colorful memang bisa membuat konten tampak lebih ceria. Akan tetapi, tanpa desain yang punya ciri khas tersendiri, akan sulit untuk membentuk brand awareness publik terhadap brand tersebut.
Dengan identitas visual yang spesifik, kamu bisa mewujudkan brand awareness yang lebih baik. Brand awareness yang meningkat bisa menjadi starting point agar brand-mu lebih diingat publik.
4. Meningkatkan ‘perceived value’ brand
Alasan lain mengapa sebuah brand memerlukan brand guideline adalah untuk meningkatkan perceived value masyarakat.
Apa yang dimaksud dengan perceived value? Dalam marketing, perceived value merupakan persepsi yang dimiliki target pasar mengenai kualitas produk/jasa sebuah brand. Perceived value juga mencakup seberapa berminatkah target pasar terhadap produk/jasa yang kamu tawarkan.
Sebagaimana yang telah disebutkan, brand guideline merupakan sebuah unsur penting dalam membentuk brand awareness masyarakat. Nah, ketika masyarakat sudah tahu tentang brand-mu, secara alami perceived value di mata masyarakat juga perlahan meningkat. Apalagi jika kualitas produk/jasa yang ditawarkan sudah teruji baik.
Bagaimana brand guideline bisa meningkatkan perceived value?.
Dengan adanya brand guideline, sebuah brand bisa menunjukkan identitas dirinya sebagai sebuah brand yang memiliki konsistensi. Konsistensi ini perlahan bisa membuat masyarakat yakin bahwa sebuah brand memang punya kualitas dan dapat dipercaya.
Nah, anggapan seperti itulah yang bisa membangun rasa percaya masyarakat terhadap sebuah brand dan produk-produknya.
Jika kamu pelaku bisnis atau pemilik sebuah brand, perceived value masyarakat yang sudah baik patut kamu jaga—apalagi jika bisnismu adalah bisnis yang punya banyak kompetitor.
Menjaga perceived value bisa dikatakan serupa dengan menjaga kepercayaan masyarakat terhadap brand-mu. Ini adalah unsur penting yang bisa membantu mendatangkan leads baru dan tentunya tetap menjaga pelanggan lama tetap loyal.
Brand Guidelinew = Pedoman Pembentuk Identitas Brand
Tidak salah rasanya jika brand guideline disimpulkan sebagai pedoman untuk menjelaskan identitas sebuah brand (brand identity). Bagaimanapun juga, sebuah brand perlu memiliki brand guideline yang unik supaya brand mereka stand out dari para kompetitor serta bisa diingat dengan baik oleh masyarakat.
Brand guideline tidak hanya dibentuk dari satu-dua elemen. Karena tujuannya adalah untuk identitas sebuah brand, elemen brand guideline cukup banyak: mulai dari logo, pemilihan font (tipografi), gaya bahasa, bahkan hingga pemilihan tema warna.
Selain itu, ada juga brand yang juga mengatur ikon, ilustrasi, foto, komposisi desain, bahkan hingga nada khas brand. Meski begitu, tidak semua brand menerapkan hal ini.
Untuk mengetahui apa saja elemen-elemen esensial dari brand guideline, kamu bisa membaca penjelasan berikut.
Elemen-Elemen Esensial Brand Guideline
Apa saja elemen-elemen dari brand guideline? Dilansir dari berbagai sumber, berikut ini adalah elemen-elemen esensial dari sebuah brand guideline.
1. Logo dan panduan logo
Kamu mungkin sudah tahu bahwa brand tidak akan dikenal masyarakat tanpa adanya logo. Akan tetapi, logo yang tidak digunakan secara konsisten tentu akan kurang efektif dalam meningkatkan brand awareness.
Oleh karena itu, kamu juga perlu membuat panduan logo. Tujuannya adalah untuk menetapkan seperti apa logo akan ditampilkan dalam berbagai media pemasaran.
Misalnya seperti logo Netflix berikut ini:
Sumber: Netflix
Dari gambar di atas, kamu bisa mengetahui bahwa kita tidak bisa sembarangan menempatkan logo “N” sebagai simbol dari Netflix. Ada aturan tersendiri tentang bagaimana cara menampilkan logo brand penyedia layanan streaming ini.
Nah, panduan logo dalam sebuah brand guideline akan menjelaskan hal ini secara mendetail agar logo tidak digunakan secara sembarangan.
2. Color palette/color scheme
Sesuai dengan namanya, color palette merujuk pada kelompok warna yang bisa digunakan pada sebuah desain brand. Untuk lebih jelasnya, kamu bisa mengetahui penerapan color palette logo Traveloka pada contoh berikut:
Sumber: Traveloka
Dari contoh gambar di atas, kamu bisa mengetahui bahwa ketika mendesain tampilan produk atau media pemasaran Traveloka, desainer tidak boleh sembarangan memilih warna biru, hitam, putih, dan abu-abu. Pasalnya, Traveloka memiliki aturan tersendiri terkait warna yang bisa dipakai untuk brand-nya.
3. Tipografi
Tipografi juga menjadi unsur penting dalam sebuah brand guideline. Memangnya, apa sih yang dimaksud dengan tipografi?
Dalam branding, tipografi merujuk pada bagaimana brand kamu menampilkan dan menata teks dalam berbagai media pemasaran. Banyak orang yang menyimpulkan bahwa tipografi = pemilihan font. Kesimpulan tersebut tidak sepenuhnya salah, hanya saja kurang lengkap. Pasalnya, tipografi juga mengatur bagaimana teks ditampilkan dalam sebuah desain.
Menariknya, tipografi juga sama-sama mampu membentuk brand awareness di masyarakat, sama seperti logo dan color palette. Selain itu, dengan pemilihan jenis huruf (font) dan penataan yang baik, kamu bisa meningkatkan keterbacaan dari konten-konten yang kamu sajikan. Perspektif profesionalitas sebuah brand juga bisa dibentuk melalui tipografi yang tepat.
Terkadang, sebuah brand mendesain font-font-nya sendiri agar unik. Artinya, tidak ada perusahaan lain yang menggunakan jenis font yang serupa. Meski demikian, banyak juga brand yang menggunakan jenis font yang sudah populer dan bisa diakses secara luas.
Supaya ada gambaran, yuk, kita ambil contoh tipografi dari Gojek.
Dilansir dari laman resmi Gojek (Gojek.design), Gojek menggunakan satu jenis font yang disebut sebagai Maison Neue. Nah, dari satu jenis font Sans Serif ini, Gojek mengembangkannya menjadi 12 style unik yang semuanya diterapkan dalam media-media yang mereka gunakan.
Berikut ini adalah tampilan dari font Maison Neue dan berbagai variasinya.
Sumber: Gojek
4. Voice
Dalam bahasa Indonesia, istilah ‘voice’ dalam marketing ini mengacu pada istilah ‘gaya bahasa’.
Gaya bahasa dalam marketing merujuk pada bagaimana cara sebuah brand berkomunikasi dan menyampaikan pesan-pesan kepada target pasar mereka. Nantinya, gaya bahasa ini akan diterapkan di berbagai konten media pemasaran.
Bagaimana contohnya? Untuk lebih memahami apa yang dimaksud dengan voice, mari ambil contoh salah satu perusahaan teknologi kelas dunia, yaitu Apple.
Apple mengusung brand voice yang bersifat upbeat, confident, dan conversational. Selain itu, mereka juga mengedepankan prinsip ‘less is more’. Artinya, copy untuk setiap produk tidak perlu bertele-tele. Singkat, tapi mengena.
Sumber: Apple
Jika Anda perhatikan dengan baik, penerapan voice ini sangat kentara pada tagline produk-produk yang mereka pasarkan. Dengan ketiga sifat voice tersebut, Apple optimis dan percaya diri untuk tampil sebagai brand produk teknologi yang berkualitas dan premium.
Apakah voice hanya digunakan pada saat membuat copy dan tagline saja? Jawabannya adalah tidak.
Elemen ini juga bisa diterapkan di dalam media pemasaran lainnya. Misalnya, jika sebuah brand memiliki website sebagai salah satu kanal pemasaran, brand voice juga bisa diterapkan pada artikel-artikel yang dipublikasikan.
Demikian juga ketika sebuah brand mengunggah konten di media sosial. Diksi, penyusunan kata-kata, serta kesan isi konten pemasaran mereka ini akan dibuat berdasarkan brand guideline.
Ambil contoh unggahan media sosial sebagai contoh. Pemilihan kata yang perlu digunakan pada dua media pemasaran ini tentu akan berbeda jika satu brand voice bersifat fun dan confident, sedangkan brand voice lain bersifat profesional.
Diksi dari brand yang menerapkan gaya bahasa profesional perlu meninggalkan kesan yang bersifat profesional juga. Artinya, kamu bisa menggunakan bahasa yang formal, efektif, knowledgeable (memberikan kesan bahwa brand adalah yang paling tahu mengenai hal tersebut), dan authoritative (tepercaya/berwibawa).
Di sisi lain, brand yang memiliki voice ‘fun’ dan ‘confident’ bisa menggunakan diksi yang lebih santai serta menunjukkan optimisme. Sesuai dengan karakteristik target pasar, kamu boleh gunakan gaya bahasa informal agar isi konten tidak terkesan kaku. Meski demikian, pastikan agar konten yang diunggah tetap bisa menimbulkan trust, ya!
5. Imagery
Elemen imagery dalam brand guidelines berkaitan dengan penggunaan foto, ikon, simbol, ilustrasi, atau bahkan animasi dalam media visual. Dengan adanya elemen imagery pada brand guidelines, kamu bisa tahu foto, simbol, dan ilustrasi seperti apa yang bisa/tidak bisa dimasukkan sebagai konten pemasaran.
Sebagai gambaran, kamu bisa lihat contoh photography guideline yang digunakan oleh Gojek.
Dilansir dari Gojek, warna-warna pada foto yang mereka gunakan bisa saja terlihat ‘mismatch’, tetapi di situlah keunikan mereka. Penggunaan warna-warna cerah soft-vibrant dan pastel juga menjadi ciri khas branding Gojek.
Selain itu, Gojek mengusung konsep fotografi yang playful, tetapi tetap focused (sesuai dengan konteks pesan pemasaran), dan scalable (mudah dibuat baik secara indoor maupun outdoor).
Sumber: Gojek
Selain fotografi, ikon juga menjadi salah satu komponen dalam elemen imagery pada sebuah brand guideline. Biasanya, brand akan membuat sekumpulan ikon-ikon yang akan digunakan dalam berbagai media pemasaran maupun produk yang mereka miliki. Misalnya seperti logo-logo Gojek berikut.
Sumber: Gojek
Cara Membuat Brand Guideline
Setelah membaca penjelasan di atas, kamu tentu bisa jadi lebih aware mengenai pentingnya brand guideline agar brand-mu memiliki ciri khas dan diingat masyarakat. Akan tetapi, bagaimana cara menyusun brand guideline?
Menyusun brand guideline tentunya tidak bisa asal-asalan. Alasannya adalah, brand guideline akan memberikan brand sebuah identitas. Dengan identitas inilah masyarakat bisa mengenali dan menaruh rasa percaya (trust) pada brand. Rasa percaya terhadap brand inilah yang bisa mendatangkan penjualan.
Kamu bisa menerapkan step-by-step berikut untuk mulai menyusun sebuah brand guideline.
1. Buatlah tim
Untuk membuat brand guideline, kamu tidak bisa melakukannya sendiri. Pasalnya, brand guideline merupakan sebuah pedoman yang kompleks dan membutuhkan peran serta dari berbagai bidang.
Untuk itu, ajak stakeholder serta kolegamu yang meng-handle bagian desain dan marketing untuk ikut berdiskusi. Tidak menutup kemungkinan juga kamu perlu mengajak kolega yang berada di divisi lain untuk menyusun brand guideline.
2. Pelajari lebih dalam tentang value dan tujuan perusahaan.
Mempelajari value sebuah perusahaan menjadi hal yang sangat penting dalam penyusunan sebuah brand guideline. Sebab, brand guideline disusun berdasarkan value yang dijunjung perusahaan tersebut.
3. Mengenali branding yang sudah dilakukan hingga saat ini
Selanjutnya, kamu juga perlu untuk mengenal seperti apa upaya branding yang sudah dilakukan hingga saat ini. Oleh karena itu, coba jawab beberapa pertanyaan berikut bersama tim:
- Apa saja upaya branding yang sudah dilakukan saat ini?
- Seberapa efektif upaya branding saat ini dalam mendatangkan penjualan?
- Apakah brand-mu sudah memiliki brand guideline?
- Jika sudah, elemen brand guideline apa yang perlu ditambahkan dan diperbaiki?
Jika belum, seperti apa brand guideline yang akan dibuat? Apa value yang ingin ditonjolkan dalam menyusun guideline tersebut? Lalu, bagaimana penerapannya?
4. Lakukan diskusi untuk menyusun guideline
Setelah mengevaluasi upaya branding saat ini, kamu bisa mulai berdiskusi dengan tim untuk menentukan brand guideline seperti apa yang ingin ditetapkan.
Sebelum menentukan brand guideline, pastikan kamu mengenal value perusahaan serta karakteristik target pasar terlebih dahulu, ya. Dua aspek ini sangat penting dalam menentukan bagaimana membentuk brand guideline-mu nantinya.
Karena ada banyak elemen yang perlu dibuat guideline-nya, diskusi yang dilakukan tidak akan memakan waktu satu dua hari saja.
Untuk mempermudah proses diskusi, akan lebih baik jika kamu dan tim mencari referensi terlebih dahulu. Mencari referensi bisa memberikan inspirasi untuk kamu dan tim ketika menyusun brand guideline. Alhasil, menyusun brand guideline bisa dilakukan dengan lebih mudah.
5. Terapkane brand guideline yang kamu susun
Setelah kamu dan tim selesai berdiskusi, kini saatnya menerapkan brand guideline yang dibuat!
Mungkin akan perlu waktu yang agak lama untuk melakukan penyesuaian—terlebih jika sebelumnya kamu tidak menetapkan brand guideline apa pun. Tidak apa, terapkan saja brand guideline tersebut dengan konsisten. Target pasarmu perlahan akan mengenal ciri khas brand melalui penerapan brand guideline tersebut.
Nah, itulah penjelasan mengenai brand guideline. Semoga penjelasan di atas membantumu lebih mengerti pentingnya brand guideline, elemen-elemen yang perlu ada dalam guideline ini, serta bagaimana cara menyusun brand guideline, ya!~
Salah satu elemen dari brand guideline adalah voice atau gaya bahasa. Selain bisa dilihat dalam media pemasaran berbentuk gambar/video, gaya bahasa ini paling kentara ketika sebuah brand konten berupa tulisan panjang seperti artikel.
Boleh jadi sebuah brand sudah selesai menetapkan seperti apa gaya bahasa (voice) mereka. Tetapi, memasukkan voice ke dalam sebuah artikel panjang bukanlah hal yang mudah—apalagi jika brand tersebut membutuhkan banyak konten dalam waktu yang singkat.
Kamu bisa mengunjungi website Kontenesia jika ingin mencari penulis-penulis andal yang sanggup menulis artikel dengan berbagai gaya bahasa. Dengan bekerja sama dengan Kontenesia, kamu bisa mempersingkat waktu produksi konten artikel juga, lho.
Tak perlu ragu dengan kualitas tulisan penulis-penulis Kontenesia. Ada tim editor yang siap melakukan editing untuk artikel-artikel yang ditulis. Selain itu, artikel yang diproduksi Kontenesia juga dijamin orisinal alias bebas plagiasi.
Mau bisnis makin maju? Yuk, rangkul target pasarmu dengan menyajikan artikel-artikel berkualitas bersama Kontenesia!
FAQ
Apa yang dimaksud dengan brand guideline?
Brand guideline adalah pedoman/aturan yang digunakan oleh sebuah brand dalam menunjukkan identitasnya di berbagai media, khususnya media pemasaran.
Apa tujuan membuat brand guideline?
Brand guideline dibuat agar sebuah brand bisa memiliki ciri khas tersendiri. Dengan menyusun brand guideline, sebuah brand bisa memiliki pedoman tersendiri dalam menunjukkan identitasnya—terutama di berbagai media pemasaran.
Apa saja manfaat yang bisa didapatkan dari brand guideline?
Beberapa manfaat yang bisa kamu peroleh dengan menyusun brand guideline adalah sebagai berikut:
- Menerapkan pedoman elemen-elemen visual dalam brand
- Tampilan dalam berbagai channel pemasaran jadi bisa konsisten
- Brand bisa diingat dengan baik oleh para target pasar karena memiliki ciri khas tersendiri
- Meningkatkan perceived value.
Elemen apa saja yang ada dalam brand guideline?
Beberapa elemen esensial yang ada dalam sebuah brand guideline meliputi: logo dan panduan logo, color palette/color scheme, imagery, tipografi, dan voice. Selain itu, ada juga brand yang memiliki beberapa elemen brand guideline tambahan, misalnya seperti komposisi desain dan nada khas brand.
Bagaimana cara membuat brand guideline?
- Buatlah tim terlebih dahulu
- Pelajari ulang value perusahaan
- Kaji ulang branding yang sudah dilakukan hingga saat ini
- Lakukan diskusi untuk menyusun guideline
- Terapkan brand guideline yang sudah disusun
[…] desain yang menarik sesuai dengan brand guideline. Pastikan untuk tidak membuat desain yang […]
[…] produk melalui media sosial dalam bentuk video yang sudah dibuat tanpa mengabaikan brand style / brand guideline yang sudah ditetapkan […]
[…] komunikasi tertulis, Zapier memiliki brand style guide-nya tersendiri. Bahkan, jumlahnya ada banyak yaitu 159 poin […]